Seminar "Indonesian Poetry in the Future," Sabtu, (27/11/2021), Theater Kecil, Taman Ismail Marzuki. Foto/Listy Alya Vaizah |
Seorang penyair puisi, Riri Satria, memulai menulis puisi sejak SMP. Pada acara seminar tema Hari Puisi, ia memberikan materi berjudul “Tantangan Puisi dan Penyair pada Masyarakat Cerdas 5.0.”
Beberapa dampak dari era revolusi 5.0 terhadap dunia perpuisian dan kepenyairan. Riri menyebutkan beberapa dampaknya, seperti teknologi digital sebagai medium of transfer, munculnya puisi dalam wujud baru (hypertext poems dan multimedia poems), dan merefleksikan puisi kehidupan.
"Teknologi digital sebagai medium of transfer, akibatnya puisi berubah dari dunia eksklusif menjadi dunia inklusif. Puisi menjadi dunia inklusif, puisi untuk semua orang,” ujar Riri, Sabtu (27/11/2021).
Riri mengatakan, munculnya puisi dalam wujud baru yang tidak bisa dituangkan, pertama hypertext poems, yaitu terdapat diksi saling berkaitan dan menjelaskan puisi lain melalui link dan hanya dilakukan teknologi. Kedua multimedia poems, yaitu puisi berbentuk animasi.
Dirinya menambahkan bahwa perubahan teknologi tidak hanya dimiliki oleh kaum teknologi, tetapi semua orang. Dampak teknologi terhadap puisi dan penyair semakin terasa, hingga muncul berbagai tantangan masa depan.
Komentar
Posting Komentar