Ilustrasi Kelulusan Sekolah (Sumber: Pexel.com oleh Emily Ranquist) |
PENDIDIKAN adalah aspek penting dalam menentukan masa depan dan pertumbuhan suatu bangsa. Usai menyelesaikan sekolah menengah pertama (SMP), siswa di Indonesia menentukan tujuan pendidikan selanjutnya. Ada yang memilih masuk ke Sekolah Menengah Kejurusan (SMK) atau Sekolah Menengah Atas (SMK).
Akan tetapi, beberapa orang berpendapat bahwa lulusan SMK menjadi salah satu faktor penyebab atas pengangguran. Berikut ini pandangan yang mendukung bahwa lulusan SMK berkontribusi paling besar terhadap pengangguran.
1. Relevansi Keterampilan
Salah satu kekhawatiran yang muncul tentang pendidikan SMK adalah kurangnya keterampilan yang relevan dengan industri. Beberapa lulusan dianggap tidak memiliki kemampuan berhubungan dengan pekerjaan sehingga sulit bagi mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang dapat diterima.
2. Kualitas Pendidikan
Adapula yang mengatakan bahwa sekolah kejuruan sering mengalami kesulitan dalam kualitas pendidikan. Banyak sekolah kejuruan kesulitan untuk menyediakan fasilitas dan kurikulum yang cukup untuk mendukung pengembangan keterampilan siswa sesuai dengan tuntutan industri.
3. Stigma Sosial
Beberapa orang melihat SMK sebagai pilihan terakhir bagi siswa yang gagal secara akademis. Stigma ini dapat mempengaruhi opini terhadap lulusan SMK sehingga membuat mereka lebih sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai.
Lantas, apakah benar lulusan SMK menjadi salah satu faktor yang mendukung pengangguran di Indonesia?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, mungkin tidak begitu mudah. Di sisi lain, pendidikan SMK menetapkan pendidikan berbasis praktik dan teori. Hal ini bertujuan agar para siswa mampu menciptakan keahlian dan kemampuan yang berbeda-beda. Pembahasan ini penting untuk mendekati topik dengan perspektif lengkap.
1. Peran Tenaga Kerja
2. Relevansi Kurikulum
3. Keragaman Sekolah Kejuruan
Artikel ini pernah tayang di Kumparan, Senin, (18/09/2023)
Tingkat pengangguran tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan, tetapi juga kondisi ekonomi dan permintaan industri. Jika permintaan tenaga kerja turun, maka lulusan dari semua tingkat akan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan.
2. Relevansi Kurikulum
Pendidikan SMK berupaya meningkatkan kurikulum melalui program praktik industri, kerja sama dengan perusahaan, dan sertifikasi keahlian. Namun, hambatan itu tetap ada, terutama pada bidang-bidang yang mengalami kemajuan teknologi yang cepat.
3. Keragaman Sekolah Kejuruan
Sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar. Indonesia perlu berusaha meningkatkan kualitas pendidikan dan lapangan pekerjaan yang merata bagi semua tingkatan.
Untuk mencapai tujuan itu, semua pihak, seperti pemerintah, industri, dan sekolah harus bekerja sama memastikan bahwa lulusan sekolah kejuruan ataupun perguruan tinggi dapat bersaing secara efektif di pasar tenaga kerja yang kompetitif.
Dengan demikian, kita tidak bisa memukul rata setiap lulusan SMK karena tingkat pengangguran dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kondisi ekonomi, permintaan pasar kerja, relevansi kurikulum, dan kualitas pendidikan.
Artikel ini pernah tayang di Kumparan, Senin, (18/09/2023)
Komentar
Posting Komentar